Awal tahun 1900-an Malang maih merupakan sebuah kota kabupaten yang kecil di pedalaman. Saat itu Malang masih merupakan bagian dari Karesidenan Pasuruan. Setelah ditetapkan sebagai gemente (kotamadya) tahun 1914 berdasarkan staadsblad no. 297 barulah Malang mulai berkembang pesat sehingga 1 April 1914 ditetapkan sebagai berdirinya kotamadya Malang.
Berjalan-jalan di seputar kota menimbulkan kesan yang mendalam menyaksikan bangunan-bangunan tua yang berdiri kokoh dengan cirri khas arsitektur colonial Belanda. Satu-satunya perencana kota zaman colonial antara 1914-1940 adalah Ir. Herman Thomas Karsten dan salah satu karyanya terwujud dalam perencanaan kota Malang.
Perencanaan perluasan kota Malang dijabarkan melalui Bouwplan I-VIII yang mulai dilaksanakan 18 Mei 1917. Dimulai dengan dibangunnya perumahan baru untuk golongan orang Eropa disebut daerah Oranjebruut yang memakai nama-nama jalan ari anggota keluarga kerajaan Belanda seperti Wilhelmina straat (sekarang jl. dr. Cipto), Emma straat (jl. dr. Soetomo) dan lain-lain. Daerah ini mulai dihuni 21 Februari 1918.
Bouwplan II dituangkan dalam perluasan kota di daerah yang dinamakan Gouverneur-Generaalbuurt dengan sebutan Alun-alun Bunder dengan kolam air mancur di tengahnya. Tugu berdiri tahun 1950-an dan diresmikan oleh presiden Soekarno. Alun-alun Bunder dinamakan J.P. Coen Plein yang sekarang disebut alun-alun tugu. Jalan-jalannya memakai nama jalan gubernur jenderal Hindia Belanda yang terkenal seperti Van Imhoff straat (sekarang jl. Gajahmada), Roebeck straat (jl. Kahuripan), Maetsuucker straat (jl. Tumapel), dan lain-lain.
Bouwplan V dimulai tahun 1924/1925. Untuk menghindari bentuk kota yang memanjang menjauhi pusat kota direncanakan jalur jalan utama yang kuat dari arah timur ke barat. Jalan tersebut dimulai dari stasiun kereta api terus ke arah Daendels boulevard (sekarang jl. Kertanegara) memotong jl. Kayoetangan terus ke timur ke jl. Semeroe dan berakhir di Semeroe Park. Dari sinilah bisa dilihat gunung Kawi sebagai focalpoint yang bagus (kini terhalang oleh museum Brawijaya).
Jalan utama adalah jl. Ijen yang membujur ke arah utara-selatan yang kelak menjadi ciri khas kota Malang. Yang boleh didirikan di sini hanya tipe vila saja. Ada pemisahan yang jelas antara kendaraan dan pejalan kaki. Tiap perpotongan jalan dibuat taman.
ini gambarnya,
Salah satu alasan mengapa banyak turis yang berkunjung ke Malang karena di sini banyak bangunan tua sebagai saksi sejarah kejayaan masa penjajahan Belanda. Turis-turis yang berusia lanjut berjalan kaki mengenang masa lalu melihat gedung-gedung tua yang masih tegak berdiri.
Sampai tahun 1914 yaitu sebelum perencanaan pembangunan kota dimulai fasilitas-fasilitas seperti pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan, pemerintahan, dan transportasi serta sarana kota dibangun dan sampai saat ini ada yang masih terawat dengan baik.
Gedung Zusterschool dan Fraterschool di jalan Tjelaket (kini menjadi sekolah Katholik), Gereja Hati Kudus Yesus di jalan Kajoetangan (sekarang jl. Basuki Rahmat) didirikan tahun 1905. Gereja terbesar kedua yaitu Gereja Santa Theresia (Theresiakerk) dibangun tahun 1936 yang letaknya di depan Boeringplain (taman Boering). Tempat peribadatan Islam terbesar adalah masjid Jami yang berdiri tahun 1875 di sebelah barat alun-alun. Tempat peribadatan untuk orang Cina di Klenteng Toa Pek Kong di Klentengstraat (jl. Laksamana Martadinata).
Bangunan Javasche Bank (Bank Indonesia) didirikan tahun 1914 di sebelah utara alun-alun. Bangunan Palace Hotel (kini Hotel Pelangi) ada di sebelah selatan alun-alun.
Karena Malang sebagai kota Garnizoen dengan pusatnya di sebelah timur Rampal maka didirikan rumah sakit militer di Klojenlor yang sekarang menjadi rumah sakit umum. Untuk karyawan perkebunan ada Malangsche Ziekenverpleging di daerha Rampal, yang kini menjadi rumah sakit Lavalette. Sedangkan rumah sakit Katholik yaitu RKZ terletak di Sawahan.
Tahun 1926 timbul gagasan untuk mendirikan balai kota Malang melalui sayembara perencanaan balai kota yang lokasinya sudah ditetapkan yaitu di daerah lapangan J.P. Coen. Pada Nopember 1929 gedung baru tersebut dipakai dan yang pertama kali menempati adalah wali kota Malang kedua pengganti H. Bussemaker yaitu Ir. E.A. Voorneman.
Jaringan kereta api yang menghubungkan Surabaya, Malang dan Pasuruan diresmikan 16 Mei 1878. Selain itu dibuat jalan raya antara Malang dengan Blitar dan Kediri. Rel trem juga dibangun.
Pasar besar kota Malang dengan penataan yang rapi dan terorganisir dengan baik,
di pasar ini bisa dilihat letak kios-kios dengan area pejalan kaki yang tidak sumpek.
Kendaraan jaman dulu orang pribumi adalah sepeda, becak dan dokar.
Jarang sekali yang memiliki motor apalagi mobil.
Mobil hanya milik Belanda atau Pemerintah. Tampak penduduk sedang menjalankan aktivitas mereka, bersepeda untuk menuju tempat kerja atau keperluan lain.
3 komentar:
mbak, gambare ngawur kuwi..sing paling atas kie fotone tugu jogja....
ha ha
Posting Komentar