Minggu, 28 Maret 2010

beatch sensation in my day...

Minggu, 07 Maret 2010

Estetika Malang Tempo Doeloe



Awal tahun 1900-an Malang maih merupakan sebuah kota kabupaten yang kecil di pedalaman. Saat itu Malang masih merupakan bagian dari Karesidenan Pasuruan. Setelah ditetapkan sebagai gemente (kotamadya) tahun 1914 berdasarkan staadsblad no. 297 barulah Malang mulai berkembang pesat sehingga 1 April 1914 ditetapkan sebagai berdirinya kotamadya Malang.

Berjalan-jalan di seputar kota menimbulkan kesan yang mendalam menyaksikan bangunan-bangunan tua yang berdiri kokoh dengan cirri khas arsitektur colonial Belanda. Satu-satunya perencana kota zaman colonial antara 1914-1940 adalah Ir. Herman Thomas Karsten dan salah satu karyanya terwujud dalam perencanaan kota Malang.

Perencanaan perluasan kota Malang dijabarkan melalui Bouwplan I-VIII yang mulai dilaksanakan 18 Mei 1917. Dimulai dengan dibangunnya perumahan baru untuk golongan orang Eropa disebut daerah Oranjebruut yang memakai nama-nama jalan ari anggota keluarga kerajaan Belanda seperti Wilhelmina straat (sekarang jl. dr. Cipto), Emma straat (jl. dr. Soetomo) dan lain-lain. Daerah ini mulai dihuni 21 Februari 1918.

Bouwplan II dituangkan dalam perluasan kota di daerah yang dinamakan Gouverneur-Generaalbuurt dengan sebutan Alun-alun Bunder dengan kolam air mancur di tengahnya. Tugu berdiri tahun 1950-an dan diresmikan oleh presiden Soekarno. Alun-alun Bunder dinamakan J.P. Coen Plein yang sekarang disebut alun-alun tugu. Jalan-jalannya memakai nama jalan gubernur jenderal Hindia Belanda yang terkenal seperti Van Imhoff straat (sekarang jl. Gajahmada), Roebeck straat (jl. Kahuripan), Maetsuucker straat (jl. Tumapel), dan lain-lain.

Bouwplan V dimulai tahun 1924/1925. Untuk menghindari bentuk kota yang memanjang menjauhi pusat kota direncanakan jalur jalan utama yang kuat dari arah timur ke barat. Jalan tersebut dimulai dari stasiun kereta api terus ke arah Daendels boulevard (sekarang jl. Kertanegara) memotong jl. Kayoetangan terus ke timur ke jl. Semeroe dan berakhir di Semeroe Park. Dari sinilah bisa dilihat gunung Kawi sebagai focalpoint yang bagus (kini terhalang oleh museum Brawijaya).

Jalan utama adalah jl. Ijen yang membujur ke arah utara-selatan yang kelak menjadi ciri khas kota Malang. Yang boleh didirikan di sini hanya tipe vila saja. Ada pemisahan yang jelas antara kendaraan dan pejalan kaki. Tiap perpotongan jalan dibuat taman.

ini gambarnya,



Salah satu alasan mengapa banyak turis yang berkunjung ke Malang karena di sini banyak bangunan tua sebagai saksi sejarah kejayaan masa penjajahan Belanda. Turis-turis yang berusia lanjut berjalan kaki mengenang masa lalu melihat gedung-gedung tua yang masih tegak berdiri.

Sampai tahun 1914 yaitu sebelum perencanaan pembangunan kota dimulai fasilitas-fasilitas seperti pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan, pemerintahan, dan transportasi serta sarana kota dibangun dan sampai saat ini ada yang masih terawat dengan baik.

Gedung Zusterschool dan Fraterschool di jalan Tjelaket (kini menjadi sekolah Katholik), Gereja Hati Kudus Yesus di jalan Kajoetangan (sekarang jl. Basuki Rahmat) didirikan tahun 1905. Gereja terbesar kedua yaitu Gereja Santa Theresia (Theresiakerk) dibangun tahun 1936 yang letaknya di depan Boeringplain (taman Boering). Tempat peribadatan Islam terbesar adalah masjid Jami yang berdiri tahun 1875 di sebelah barat alun-alun. Tempat peribadatan untuk orang Cina di Klenteng Toa Pek Kong di Klentengstraat (jl. Laksamana Martadinata).

Bangunan Javasche Bank (Bank Indonesia) didirikan tahun 1914 di sebelah utara alun-alun. Bangunan Palace Hotel (kini Hotel Pelangi) ada di sebelah selatan alun-alun.

Karena Malang sebagai kota Garnizoen dengan pusatnya di sebelah timur Rampal maka didirikan rumah sakit militer di Klojenlor yang sekarang menjadi rumah sakit umum. Untuk karyawan perkebunan ada Malangsche Ziekenverpleging di daerha Rampal, yang kini menjadi rumah sakit Lavalette. Sedangkan rumah sakit Katholik yaitu RKZ terletak di Sawahan.

Tahun 1926 timbul gagasan untuk mendirikan balai kota Malang melalui sayembara perencanaan balai kota yang lokasinya sudah ditetapkan yaitu di daerah lapangan J.P. Coen. Pada Nopember 1929 gedung baru tersebut dipakai dan yang pertama kali menempati adalah wali kota Malang kedua pengganti H. Bussemaker yaitu Ir. E.A. Voorneman.

Jaringan kereta api yang menghubungkan Surabaya, Malang dan Pasuruan diresmikan 16 Mei 1878. Selain itu dibuat jalan raya antara Malang dengan Blitar dan Kediri. Rel trem juga dibangun.




Pasar besar kota Malang dengan penataan yang rapi dan terorganisir dengan baik,
di pasar ini bisa dilihat letak kios-kios dengan area pejalan kaki yang tidak sumpek.



Kendaraan jaman dulu orang pribumi adalah sepeda, becak dan dokar.
Jarang sekali yang memiliki motor apalagi mobil.
Mobil hanya milik Belanda atau Pemerintah. Tampak penduduk sedang menjalankan aktivitas mereka, bersepeda untuk menuju tempat kerja atau keperluan lain.



permukiman kumuh kota Malang



Mengenal kawasan kumuh kota Malang banyak di jumpai di sudut perkotaaan kota Malang, misalkan daerah Kesatrian, daerah Mergan, derah pasar besar, daerah Gadang dan Bantaran rel Stasiun Kota Lama.

Gambar disamping adalah Daerah kumuh (slum area) yang berada di kawasan bantaran sungai Brantas tepatnya daerah Kesatrian Blimbing Malang adalah satu dari kawasan padat penduduk yang tergolong masyarakat bertaraf ekonomi menengah kebawah. Kondisi Lingkungan sekitar bantaran sungai yang kotor dan berbau tidak sedap menambah kumuhnya pemukiman yang kebanyakan dari mereka bekerja sebagai buruh kasar, tukang becak dan industri rumah tangga kecil-kecilan. Tidak dapat dipungkiri dari mereka kebanyakan adalah penduduk migran dari daerah- daerah lain sekitar Malang bahkan luar Jawa.

Sangat identik memang antra kemiskinan dan urbanisasi. Dengan alasan mendapat penghidupan yang layak untuk kehidupan mereka maka urbanisasi ke Kota Besar seperti Malang merupakan langkah yang dianggap sesuai untuk masalah finansial mereka. Menurut Elspreth Young (1984), Meningkatnya arus migrasi diikuti oleh masalah-masalah sosial, ekonomi,dan psikologi dan masalah-masalh ini sangat gawat di dunia ketiga yang pertumbuhan penduduk kotanya jauh melampaui pertumbuhan kesempatan kerja.

Adanya pemukiman kumuh di perkotaan diakibatkan banyaknya para pendatang atau imigran yang berasal dari desa-desa ataupun daerah-daerah kecil lainnya yang ingin mencari pekerjaan atau memperbaiki perekonomian mereka agar lebih baik lagi dari kehidupan mereka sebelumnya. Mereka menganggap kehidupan perkotaan menjajikan fasilitas yang lebih baik daripada di desa.

Kemiskinan dan Permukiman Kumuh di Perkotaan

Posted by: Deden Rukmana on: April 14, 2008

slumKita semua menyadari bahwa kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi. Beragam upaya dan program dilakukan untuk mengatasinya tetapi masih banyak kita temui permukiman masyarakat miskin hampir setiap sudut kota. Keluhan yang paling sering disampaikan mengenai permukiman masyarakat miskin tersebut adalah rendahnya kualitas lingkungan yang dianggap sebagai bagian kota yang mesti disingkirkan.

Tulisan ini mencoba untuk memberikan penjelasan tentang upaya untuk mengatasi kemiskinan di perkotaan sekaligus pula untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman masyarakat miskin.

Peremajaan Kota

Pendekatan konvensional yang paling populer adalah menggusur permukiman kumuh dan kemudian diganti oleh kegiatan perkotaan lainnya yang dianggap lebih bermartabat. Cara seperti ini yang sering disebut pula sebagai peremajaan kota bukanlah cara yang berkelanjutan untuk menghilangkan kemiskinan dari perkotaan.

Kemiskinan dan kualitas lingkungan yang rendah adalah hal yang mesti dihilangkan tetapi tidak dengan menggusur masyarakat telah bermukim lama di lokasi tersebut. Menggusur adalah hanya sekedar memindahkan kemiskinan dari lokasi lama ke lokasi baru dan kemiskinan tidak berkurang. Bagi orang yang tergusur malahan penggusuran ini akan semakin menyulitkan kehidupan mereka karena mereka mesti beradaptasi dengan lokasi permukimannya yang baru.

Di Amerika Serikat, pendekatan peremajaan kota sering digunakan pada tahun 1950 dan 1960-an. Pada saat itu permukiman-permukiman masyarakat miskin di pusat kota digusur dan diganti dengan kegiatan perkotaan lainnya yang dianggap lebih baik. Peremajaan kota ini menciptakan kondisi fisik perkotaan yang lebih baik tetapi sarat dengan masalah sosial. Kemiskinan hanya berpindah saja dan masyarakat miskin yang tergusur semakin sulit untuk keluar dari kemiskinan karena akses mereka terhadap pekerjaan semakin sulit.

Peremajaan kota yang dilakukan pada saat itu sering disesali oleh para ahli perkotaan saat ini karena menyebabkan timbulnya masalah sosial seperti kemiskinan perkotaan yang semakin akut, gelandangan dan kriminalitas. Menyadari kesalahan yang dilakukan masa lalu, pada awal tahun 1990-an kota-kota di Amerika Serikat lebih banyak melibatkan masyarakat miskin dalam pembangunan perkotaannya dan tidak lagi menggusur mereka untuk menghilangkan kemiskinan di perkotaan.

Aktivitas Hijau oleh Masyarakat Miskin

Paling sedikit saya menemukan dua masyarakat miskin di Jakarta yang melakukan aktivitas hijau untuk meningkatkan kualitas lingkungan sembari menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat miskin. Seperti dapat ditemui di Indonesia’s Urban Studies, masyarakat di Penjaringan, Jakarta Utara dan masyarakat kampung Toplang di Jakarta Barat mereka mengelola sampah untuk dijadikan kompos dan memilah sampah nonorganik untuk dijual.

Aktivitas hijau di Penjaringan, Jakarta Utara dilakukan melalui program Lingkungan Sehat Masyarakat Mandiri yang diprakarsai oleh Mercy Corps Indonesia. Masyarakat miskin di Penjaringan terlibat aktif tanpa terlalu banyak intervensi dari Mercy Corps Indonesia. Program berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan kualitas lingkungan kumuh di Penjaringan. Masyarakat di Penjaringan sangat antusias untuk melakukan kegiatan ini dan mereka yakin untu mampu mendaurlang sampah di lingkungannya dan menjadikannya sebagai lapangan pekerjaan yang juga akan berkontribusi untuk mengentaskan kemiskinan di lingkungannya.

Sementara itu aktivitas hijau di kampung Toplang, Jakarta Barat diprakarsai oleh dua orang pemuda kampung tersebut yang juga adalah aktivis Urban Poor Consortium dan mengetahui bisnis pendaurulangan sampah. Kedua orang ini mampu meyakinkan rekan-rekan di kampungnya untuk melakukan kegiatan daur ulang sampah. Seperti yang terjadi di Penjaringan, masyarakat kampung Toplang mendukung penuh dan antusias terhadap bisnis pendaurulangan sampah ini. Malahan mereka optimis bahwa kegiatan mereka juga dapat mendaurulang sampah dari luar kampung mereka dan menciptakan lebih banyak pendapatan bagi masyarakat kampung Toplang.

Kedua aktivitas hijau tersebut adalah wujud pemberdayaan masyarakat miskin untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan sekaligus mengentaskan kemiskinan. Peranan Mercy Corps Indonesia yang memprakarsai program Lingkungan Sehat Masyarakat Mandiri di Penjaringan, Jakarta Utara dan dua orang aktivis pemuda asal kampung Toplang yang memprakarsai aktivitas hijau di kampung Toplang adalah sangat vital dalam upaya pemberdayaan masyarakat ini. Tanpa inisiatif mereka, pemberdayaan masyarakat miskin tidak akan terjadi dan kemiskinan tetaplah menjadi masalah di kedua permukiman kumuh tersebut.

Penutup

Cara untuk mengatasi kemiskinan dan rendahnya kualitas lingkungan permukiman masyarakat miskin adalah tidak dengan menggusurnya. Penggusuran hanyalah menciptakan masalah sosial perkotaan yang semakin akut dan pelik. Penggusuran atau sering diistilahkan sebagai peremajaan kota adalah cara yang tidak berkelanjutan dalam mengatasi kemiskinan.

Aktivitas hijau seperti yang dilakukan oleh masyarakat Penjaringan dan Kampung Toplang merupakan bukti kuat bahwa masyarakat miskin mampu meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan juga mengentaskan kemiskinan. Masyarakat miskin adalah salah satu komponen dalam komunitas perkotaan yang mesti diberdayakan dan bukannya digusur. Solusi yang berkelanjutan untuk mengatasi kemiskinan dan permukiman kumuh di perkotaan adalah pemberdayaan masyarakat miskin dan bukanlah penggusuran.

Sabtu, 06 Maret 2010

Arti Lambang PWK


  • Jumlah enam melambangkan bahwa PWK merupakan anggota keluarga ke-6 di FT-UB.
  • Bentuk segi enam melambangkan perwujudan layanan optimal dan merata tanpa tumpang tindih.
  • Garis terluar merupakan perwujudan persatuan di HM PWK
  • Panah dengan arah menuju keluar tiap sisi melambangkan usaha optimal yang bisa kita berikan kepada masyarakat, bangsa dan agama.
  • Panah dengan arah ke dalam dari tiap sisi melambangkan wujud ilmu perencanaan yang multi disipliner dan adanya timbal balik atas segala usaha kita.
  • Warna putih melambangkan usaha HM PWK yang tanpa pamrih.
  • Warna emas melambangkan proses perbaikan.
  • Warna biru melambangkan warna kampus Universitas Brawijaya.

video lucu

Jumat, 05 Maret 2010

Apa itu PWK ?

Peradaban manusia yang semakin maju mengakibatkan meningkatnya kebutuhan masyarakat. Tingkat pertumbuhan penduduk yang meningkat tajam dari tahun ke-tahun mengakibatkan lahan semakin sempit dan mengalami degradasi. Hal ini menimbulkan masalah tata wilayah tidak terkontrol, sehingga dibutuhkan ilmu Perencanaan Wilayah & Kota. PWK merupakan jurusan yang tidak hanya fokus pada ilmu-ilmu statis tapi juga ilmu-ilmu dinamis yang berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. PWK juga banyak mengadopsi ilmu-ilmu pendukung lainnya seperti ekonomi, sosial, geografis, lingkungan, arsitektur, matematis, dan ilmu pendukung lainnya. Materi pembelajaran lebih teracu pada studi kasus yang ada di lapangan saat ini tentang penataan dan perencanaan wilayah. Ilmu ini sangat penting untuk merencanakan dan menciptakan ruang huni yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang tetap memperhatikan kearifan lokal dan bersifat sustainable development sehingga pembangunantidak hanya memberikan fasilitas untuk masa sekarang tetapi juga masa yang akan datang.

KKM XXXII dahsyat...

Tanggal 13 Februari 2010 merupakan awal sejarah baru bagi MABA 2009 FT-UB. Kemah Kerja Mahasiswa (KKM) merupakan program tahunan dalam rangkaian kegiatan probinMABA. Pada awalnya kegiatan ini menjadi momok bagi MABA2009 karena mereka beranggapan bahwa kegiatan ini tidak memiliki manfaat dan hanya ajang balas dendam dari para panitia. Tapi setelah kami jalani kegiatan ini, banyak hal yang kami dapatkan dan menjadi pengalaman tak terlupakan. Kebersamaan yang kami rasakan mengingatkan kami bahwa begitu egoisnya kami selama ini. Egois yang masih mementingkan diri masing-masing tanpa mengerti kondisi teman-teman lainnya. Kami mendapat banyak pelajaran tentang apa itu kebersamaan, saat kami harus berbagi sebotol air minum untuk 50 orang dan hanya sekedar air hujan yang kami minum serta di saat kami harus berbagi sebungkus nasi yang kurang masak. Kami juga merasakan kebersamaan tidak hanya bagi MABA putri tetapi juga dengan MABA putra. Jika tidak ada acara ini, mungkin kami tidak akan sedekat saat ini. Sungguh berkesan apa yang kami dapatkan setelah acara KKM XXXII ini.

Selasa, 02 Maret 2010

Astri is Astri

Mahasiswi smester dua Teknik Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Brawijaya